Rekayasa Kebutuhan: Tugas 3

Nama: Fiqey Indriati Eka Sari
NRP: 05111940000015
Kelas: RK-D

Tugas 3 adalah menganalisis kecelakaan pesawat Boeing 737 jatuh sesaat setelah take-off, yang terjadi di Indonesia (Lion Air) dan Ethiopia (Ethiopian Airlines) melalui film dokumenter DOWNFALL: The Case Against Boeing.

Penjelasan Sistem MCAS

MCAS adalah program stabilisasi otomatis yang mengkompensasi gerakan pitch (dongakan hidung pesawat) itu, agar membantu pilot menurunkan hidung pesawat, apabila angle of attack terlalu besar saat terbang manual. Angle of attack yang terlalu besar inilah yang berisiko membuat pesawat stall

Alasan Pemasangan MCAS

Pesawat Boeing 737 MAX merupakan pesawat yang dikeluarkan oleh Boeing melalui pembaruan dari pesawat 737, dengan tujuan menyaingi pasar Airbus melalui adanya efisiensi bahan bakar hingga 15%, pengurangan jumlah bobot pesawat, dan kabin pesawat yang baru. Boeing berpikir bahwa dengan tidak memperbarui desain akan membuat para maskapai mengira pesawat ini memiliki jenis yang sama sehingga tidak memerlukan pelatihan tambahan bagi pilot, yang tentunya sangat menguntungkan pihak Boeing karena akan menekan biaya pengeluaran pihak Boeing.

Peletakan mesin ini terletak lebih maju dan sedikit naik daripada seri sebelumnya. hal ini dikarenakan dengan memasang mesin sedikit agak ke depan dan ke atas, serta memperpanjang roda pendaratan depan (nose landing gear) sebesar 8 inci, Boeing mampu memangkas konsumsi bahan bakar sebesar 14 persen. Akibat relokasi penempatan mesin dan thrust yang lebih besar tanpa pembenahan desain, membuat hidung pesawat cenderung stall / mendongak saat terbang. Untuk mengatasi hal itu, Boeing memutuskan memasang sebuah teknologi yang bernama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS).

Sistem MCAS akan menurunkan hidung pesawat dengan cara mengatur roda penyesuaian (trim) agar horizontal stabilizer (sayap kecil di ekor pesawat) berputar, membuat hidung pesawat turun. Sistem ini otomatis, sehingga tetap aktif meski pesawat terbang dalam kondisi manual (Autopilot Off)  

Identifikasi Requirements MCAS

FunctionalNon-Functional
Mampu menurunkan hidung pesawat dengan cara mengatur roda penyesuaian (trim) agar horizontal stabilizer (sayap kecil di ekor pesawat) berputar ke atas untuk mengurangi risiko stalling
Mampu otomatis aktif apabila angle of attack besar, flap (sirip tambahan di sayap) tidak menjulur keluar, dan berbelok terlalu tajam,
Dapat melakukan deaktivasi saat dioverride dengan manual trim, atau angle of attack mengecil
 Critical failure time MCAS sangat minim dan operasi dari penggunaan MCAS harus stabil.  (Reliability)
Pilot harus memahami sistem control MCAS agar dapat menangani apabila terjadi error dan mengerti akar masalahnya (Usability)
Otomatis dan 24/7 tersedia (Availability)
Pilot yang akan mengoperasikan pesawat memerlukan pelatihan agar memahami sistem (Training & Documentation)
Sesuai dengan regulatory dari FAA (Federal Aviation Administration) (Policy & Regulatory)
Analisis Problem Kegagalan yang Berakibat Kecelakaan

Penyebab kedua kecelakaan tersebut adalah

  • Ketidaksiapan desain (dimana seharusnya MCAS dapat mematikan dirinya sendiri apabila dioverride oleh pilot, akan tetapi sistem MCAS sangat susah untuk dilakukan override). Ketidaksiapan desain ini kurangnya perkiraan beberapa scenario yang dapat muncul dan MCAS seharusnya sistem menggunakan dua sensor namun dipangkas menjadi satu yaitu the-angle-of-attack sensor. Sehingga jika terjadi malfungsi maka teknologi MCAS akan membaca data yang salah dan dapat mengakibatkan kecelakaan karena tidak dapat switch otomatis ke sensor lainnya. Selain itu, Pada suatu perhitungan apabila sistem MCAS ini mengalami kendala maka pilot hanya diberikan waktu 10 detik untuk memulihkan atau mematikan sistem demi menyelamatkan pesawat, apabila lebih dari itu maka pesawat dipastikan akan kecelakaan.
  • Kelemahan sistem baru (Maneuvering Characteristics Augmentation System) yang dirahasiakan kepada pihak FAA sehingga tidak terdapat pengujian lebih lanjut untuk memastikan keamananan(tidak terjadi pemenuhan Policy & Regulatory), kemudian diperparah dengan peniadaan pelatihan kepada pilot agar biaya pengeluran menurun dan dapat segera dipasarkan (tidak terjadi pemenuhan Training & Documentation dan Usability).
  • Proses pengujian cukup tergesa-gesa dikarenakan desakan kepentingan bisnis sehingga evaluasi tidak maksimal.

Referensi

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started